Arsip Blog
Selasa, 16 Juli 2013
Hal Kecil Yang Disebut Cinta
Mungkin terpengaruh dari tontonan televisi, di mana disebut cinta kalau sudah melewati tidak diijinkan orang tua terlebih dahulu, kemudian tiba-tiba menemukan jalan yang bisa mempersatukan keduanya. Disebut cinta juga, kalau mendadak bertemu di stasiun kereta, kemudian jatuh cinta. Atau, disebut cinta kalau tadinya benci setengah mati, kemudian diam-diam suka.
Ternyata, bukan itu yang namanya cinta!
Kalau selama ini bayangan orang melambung yang megah-megah soal cinta, pantas saja akhirnya jarang di antara mereka yang bisa bertahan bahagia. Kebanyakan malah jatuh terpuruk, dan menemukan hati yang terluka. Singkat kata, mengaku TIDAK BAHAGIA. TIDAK DICINTAI.
Terlalu berharap. Mungkin itulah yang sebenarnya terjadi pada orang yang jatuh cinta. Semua bayangan yang ada di benak itu membuat buta, sampai-sampai cinta yang sebenarnya tak pernah disadari.
Dan kalau mata saya terbuka melalui sebuah postingan teman, saya juga ingin semua mata terbuka akan apa itu cinta sebenarnya.
Membuka sebuah akun Facebook milik teman, nyaris setiap hari postingannya diisi dengan hal-hal yang sederhana. Hal-hal kesehariannya, entah membuat kue, entah pergi ke pasar, yang jelas hampir semua wanita melakukan hal yang sama.
Lantas apa yang istimewa dari postingannya?
Beberapa postingan tersebut menceritakan bagaimana suami dan ibu mertuanya meninggalkan beberapa catatan kecil atau hadiah-hadiah kecil untuknya, tidak mahal. Mungkin hanya berbekal tepung terigu dan sedikit adonan cokelat saja sudah jadi hadiah buatnya. Terkadang juga disertai dengan bunga dan setoples atau sepiring kue. Sederhana kan? Rasanya seperti hal yang biasa.
Iya, awalnya saya juga berpikir demikian. Sampai pada akhirnya saya berpikir, kenapa itu jarang ditemui di negri sendiri yang katanya memegang erat adat ketimuran dan tahu tata krama ini? Kenapa hal sekecil itu justru gengsi dilakukan? Gengsi menunjukkan kasih sayang, gengsi menunjukkan cinta.
Ah, coba saja amati bagaimana saat anak mantu dan mertua bertemu, di depan semua orang bisa saja bersikap baik-baik. Namun, kalau sudah saling memunggungi, yang ada adalah bahan gosip, saling menjelekkan satu sama lain. Akui saja bahwa itu masih terjadi di sekitar kita. “Menantuku itu pemalas, kerjanya hanya main BB saja…” kemudian suatu kali disambung oleh si menantu, “Mertuaku itu bawel, kerjaannya ngurusin rumah tangga orang saja…”
Di sana, di keluarga ‘baru’ sahabat saya. Perlakuan mertua sangat hangat pada menantu, diam-diam memberikan kejutan setangkai bunga, diam-diam sudah membuatkan sepiring kue. Demikian juga perlakuan suami pada istri dan sebaliknya, sederhana namun tetap manis. Harganya mungkin tidak bisa disetarakan dengan harga mobil mewah atau rumah. Tetapi, perlakuan setiap hari yang seperti itu membuat rumah tangga jadi adem ayem. Membuat diri sendiri merasa dicintai. Membuat kebahagiaan itu rasanya mutlak, dan ya inilah yang disebut dengan bahagia. Yang mirisnya, jarang ditemui di tanah air.
Dan kalau lewat hal-hal kecil yang bisa membuat orang merasa dicinta itu orang bisa bahagia, kenapa sih kita tidak mulai melakukannya? Kenapa kita harus berpikir bisa membelikan suatu barang mewah baru membuat orang bahagia?
Buang semua khayalan muluk-muluk yang justru membuat mata buta akan cinta. Cinta itu dimulai dari hal-hal sederhana yang dilakukan setiap harinya. Cinta itu dimulai dari hal-hal remeh yang mungkin gengsi untuk dilakukan. Cinta itu dimulai dari ucapan terima kasih atau maaf. Cinta itu dimulai dari senyuman pagi atau pelukan pada yang terkasih. Cinta itu mudah sekali didapatkan dari hal-hal kecil, dan murah sekali mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan. Syaratnya satu, jangan pejamkan mata lagi dan lakukan setiap hal kecil dengan cinta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar